Selasa, 26 Juli 2011

Kembali Memblokir SPBU Lapindo TA3

Warga Sidoarjo Duduki Sumur Gas Lapindo  

TEMPO/Fully Syafi

TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Ratusan warga yang berada di sekitar sumur gas alam terkompresi (CNG) di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, berunjuk rasa, Selasa, 26 Juli 2011. Mereka menolak Lapindo Brantas Incorporated mengeksplotasi sumur.

Mereka berasal dari delapan desa, antara lain Glagaharum; Plumbon, Kecamatan Porong; warga Desa Sentul; Penatarsewu; serta Gempolsari dan Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin.

Dalam aksinya, mereka memblokir jalan masuk menuju lokasi sumur.

"Beri kami ganti rugi atas gagal panen dan tanggul lumpur jebol pada Desember lalu," kata koordinator aksi, Imam Dhakiri.

Mereka menuntut agar sumur gas di Kalidawir ditutup serta tak diturunkan izin pengeboran baru. Lantaran mereka trauma dengan semburan lumpur Lapindo di sumur Banjarpanji 1 Porong.

Hingga kini, sejumlah korban Lapindo mengalami gangguan pernapasan dan kesehatan karena menghirup gas metana setiap waktu. Apalagi, semburan lumpur tersebut telah mengusir puluhan ribu jiwa dari kampung halamannya. "Pemerintah juga gagal menghentikan semburan lumpur," katanya.

Peserta aksi berhasil menduduki jalan masuk menuju sumur gas alam Tanggulangin III. Mereka duduk berjajar di pintu gerbang menuju sumur gas alam tersebut. Sambil berorasi, mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Tolak pengeboran baru di Desa Kalidawir", "Korban Lapindo menuntut ganti rugi".

Namun, manajemen Lapindo Brantas Incorporated mengabaikan aksi tersebut. Tak ada satu pun perwakilan manajemen yang bersedia menemui para pengunjuk rasa. Aksi ini merupakan aksi lanjutan dari aksi-aksi yang dilakukan korban di sekitar sumur gas alam Kalidawir, Tanggulangin.

Juru Bicara Lapindo Brantas Incorporated, Diaz Roychan, menjelaskan bahwa aksi warga tersebut mengganggu produksi serta distribusi gas. Terutama pasokan untuk kebutuhan industri di Surabaya dan Sidoarjo. Ia mengklaim pengeboran gas alam di sumur Kalidawir aman. Alasannya, sumur Kalidawir merupakan sumur dangkal sedalam satu kilometer. Berbeda dengan sumur Banjarpanji 1 sedalam tiga kilometer. "Aman, sumur Tanggulangin berproduksi sejak lima tahun lalu, tak ada apa-apa," katanya.

Ia memaklumi polemik sebagian masyarakat yang menolak eksploitasi sumur Kalidawir. Namun, menurut dia, daerah Kalidawir sudah terbiasa dengan industri minyak dan gas (migas). Apalagi, sebagian warga dipekerjakan di sejumlah sektor usaha. Kawasan Kalidawir dan sekitarnya, kata Diaz, sangat kaya migas.

EKO WIDIANTO
http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2011/07/26/brk,20110726-348418,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar