Kamis, 28 April 2011

Tanggul Penahan Lumpur Lapindo Jebol Sepanjang 200 Meter
Penulis : Heri Susetyo
Kamis, 28 April 2011 14:10 WIB     
Komentar: 0
SIDOARJO--MICOM: Tanggul penahan lumpur Lapindo jebol sepanjang 200 meter di perbatasan Desa Ketapang dan Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Jebolnya tanggul sepanjang 200 meter ini tepatnya di titik 68 di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin, terjadi pada Rabu malam (27/4).

Tanggul ini jebol setelah disapu longsoran lumpur yang sudah mengering di dalam kolam penampungan.

Endapan lumpur ini longsor karena kondisi kolam penampungan sudah overload. Ketinggian endapan lumpur bahkan hanya berjarak satu hingga 0,5 meter dari puncak tanggul kolam penampungan yang tingginya rata-rata mencapai 11 meter.

Longsoran lumpur tersebut kemudian menekan dan merobohkan tanggul. Bahkan posisi tanggul yang disapu lumpur, posisinya bergeser 30 meteran ke arah utara dari pusat semburan.

Tidak ada laporan korban jiwa atau terluka dalam peristiwa ini. Namun satu peralatan berat milik Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dilaporkan ikut tersapu dan lenyap terkubur luberan lumpur.

"Pas luberan lumpur terus mengalir, tanggul ini bergerak sehingga kami tidak berani mendekat," kata Supriyadi, petugas keamanan tanggul, Kamis (28/4).

Luberan lumpur dari titik jebol juga hanya bergerak sepanjang 300 meteran. Sehingga luberan lumpur tidak sampai ke pemukiman warga terdekat di Desa Kedungbendo dan Gempolsari. Luberan lumpur tidak sempat bergerak lebih jauh dikarenakan kondisi endapan lumpur sudah mulai mengering.

Sementara itu staf humas BPLS Akhmad Kusairi mengatakan, pihaknya akan membiarkan tanggul tersebut jebol. Sebab apabila diperbaiki akan percuma karena kondisi kolam penampungan sudah penuh.

"Kami akan meneruskan pembangunan kolam penampungan baru di desa ini yang sempat terhenti karena dilarang warga," kata Kusairi. (OL-12)
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/04/28/221647/289/101/-Tanggul-Penahan-Lumpur-Lapindo-Jebol-Sepanjang-200-Meter

TANGGUL JEBOL, WARGA GEMPOLSARI DAN KEDUNGBENDO MENGUNGSI

MEDIA CENTER
Tanggul penahan lumpur Lapindo Brantas Inc (LBI) di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin Selasa (26/12) malam, kembali jebol karena hujan deras mengguyur kawasan Porong dan sekitarnya sejak pukul 19.00 WIB. Akibatnya, warga RT 11-16 Desa Gempolsari serta RT 13 dan 14 di Desa Kedungbendo panik dan berusaha menyelamatkan diri.

“Kalau dari batas desa yang sekarang dibuat tanggul, kawasan yang paling dekat dengan luberan ada 6 RT. Karena di perbatasan antara Dusun Sengon dengan Desa Gempolsari ada pemukiman juga, meskipun beda kecamatan,” ujar Yulianto, warga RT 11 RW 2 Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin dikonfirmasi, Rabu (27/12).
Keenam RT yang berada di dekat lokasi penanggulan itu beberapa kali sudah diberikan penyuluhan untuk tanggap terhadap kemungkinan terjadinya luberan atau ‘serangan’ lumpur panas yang tiba-tiba. “Karena pada Sabtu (23/12) dulu, lumpurnya masuk ke persawahan setelah menjebol tanggul, kira-kira jam 04.00 dini hari,” katanya.
Sebelumnya, warga sudah was-was ketika hujan yang mengguyur kawasan Porong dan sekitarnya berlangsung cukup lama. Dan kecemasan itu menjadi kenyataan, air lumpur panas mengalir menuju arah utara dan menerjang permukiman RT 13 dan 14 Desa Kedungbendo serta Perum TAS I blok K-L.
Pantauan di lokasi, perbatasan antara Dusun Sengon dan Desa Gempolsari, jarak antara pemukiman dengan persawahan hanya beberapa puluh meter saja. Beberapa warga Gempolsari mengaku kondisi itu bakal mempercepat laju luberan lumpur panas kalau saja tanggul belum selesai dikerjakan.
Luberan lumpur Kembali Rendam Pabrik
Akibat jebol tanggul ini, luberan juga merambah ke Desa Ketapang dan telah merendam dua pabrik furniture, salah satunya PT Osaka. Pabrik tersebut, saat ini telah terendam setinggi 30 cm, sehingga menghentikan operasi pabrik.
Pantauan di lapangan, saat ini sedang dilakukan evakuasi mesin-mesin pabrik untuk dipindahkan ke Sepanjang Kecamatan Taman. Dengan berhentinya operasi PT Osaka, diperkirakan sekitar 150 karyawan terancam tidak bekerja.

-aw/nang, 2006-12-27 15:53:56
http://hotmudflow.wordpress.com/2006/12/27/tanggul-jebol-warga-gempolsari-dan-kedungbendo-mengungsi/

Jebol lagi sengsara lagi....

 Kelana Kota

28 April 2011, 10:11:43| Laporan Iping Supingah

Tanggul Lumpur Lapindo Jebol, Satu Ekskavator Hilang

suarasurabaya.net| Tanggul lumpur Lapindo di titik 68 Desa Kedungbendo, Sidoarjo yang jebol pada Rabu (27/04) kemarin berdampak pada ‘hilangnya’ sebuah alat berat ekskavator.

AHMAD KUSAIRI Wakil Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) waktu dikonfirmasi suarasurabaya.net, Kamis (28/04) mengatakan, dampak tanggul jebol, sebuah ekskavator tertutup lumpur, sampai sekarang masih diupayakan dicari. Tanggul sendiri kemarin jebol sekitar pukul 18.30.

“Jebolnya tanggul Lumpur ini akibat tekanan dan subsiden yang berbarengan. Tanggul yang jebol itu sekitar 200 meter. Luberan lumpur yang agak mengering itu mengalir ke Perumtas Kedungbendo yang sudah tidak berpenghuni,” jelasnya.

Sampai saat ini BPLS hanya memantau dan belum bisa melakukan penanganan teknis. ”Ada rencana membuat kolam baru di wilayah Kedungbendo. Kalau menambal tanggul yang jebol tidak mungkin karena ada penghadangan warga yang belum mendapat ganti rugi atas wilayahnya yang terkena dampak Lumpur. Jadi sekarang BPLS masih sebatas melakukan pemantauan saja,”paparnya.

Lokasi tanggul lumpur yang jebol kata AHMAD KUSAIRI jauh dari jalan Raya Porong. ”Jaraknya dari jalur rel kereta api dan Raya Porong sekitar 800 meter. Jadi jalur lalu lintas kereta maupun kendaraan di Raya Porong sama sekali tidak terganggu,” pungkasnya.(ipg)

Teks Foto:
- Tanggul lumpur di Desa Kedungbendo, Sidoarjo yang jebol.
Foto: Istimewa

Tanggul Lumpur Lapindo Jebol, Satu Eksavator Hilang

 

Kamis, 28 April 2011

Tanggul Lumpur Lapindo Jebol, Satu Eksavator Hilang

SIDOARJO - Tanggul lumpur Lapindo di titik 68 Desa Kedungbendo, Sidoarjo yang jebol pada Rabu (27/04) kemarin berdampak pada ‘hilangnya’ sebuah alat berat eksavator.

AHMAD KUSAIRI Wakil Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) waktu dikonfirmasi suarasurabaya.net, Kamis (28/04) mengatakan, dampak tanggul jebol, sebuah eksavator tertutup lumpur, sampai sekarang masih diupayakan dicari. Tanggul sendiri kemarin jebol sekitar pukul 18.30.

“Jebolnya tanggul Lumpur ini akibat tekanan dan subsiden yang berbarengan. Tanggul yang jebol itu sekitar 200 meter. Luberan lumpur yang agak mengering itu mengalir ke Perumtas Kedungbendo yang sudah tidak berpenghuni,” jelasnya.

Sampai saat ini BPLS hanya memantau dan belum bisa melakukan penanganan teknis. ”Ada rencana membuat kolam baru di wilayah Kedungbendo. Kalau menambal tanggul yang jebol tidak mungkin karena ada penghadangan warga yang belum mendapat ganti rugi atas wilayahnya yang terkena dampak Lumpur. Jadi sekarang BPLS masih sebatas melakukan pemantauan saja,”paparnya.

Lokasi tanggul lumpur yang jebol kata AHMAD KUSAIRI jauh dari jalan Raya Porong. ”Jaraknya dari jalur rel kereta api dan Raya Porong sekitar 800 meter. Jadi jalur lalu lintas kereta maupun kendaraan di Raya Porong sama sekali tidak terganggu,” pungkasnya.(ipg-SS)

http://www.koransuroboyo.com/2011/04/tanggul-lumpur-lapindo-jebol-satu.html

Rabu, 06 April 2011

TOLAAAAAAAAAKKKKK...!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Korban Lapindo Protes Rencana Eksploitasi di Desa Kalidawir

TEMPO Interaktif, SIDOARJO - Korban lumpur Lapindo memprotes rencana Lapindo Brantas Incorporated mengeksploitasi gas bumi di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo.

Korban Lapindo mengaku trauma atas luapan lumpur yang dianggap kelalaian atas eksploitasi yang dilakukan Lapindo. "Eksploitasi Lapindo melukai perasaan korban lumpur," kata korban Lapindo asal Desa Renokenongo, M. Zainul Arifin, Rabu (9/3).

Zainul meminta agar pemerintah meninjau kembali rencana Lapindo untuk mengeksploitasi gas bumi di Sidoarjo. Trauma atas luapan lumpur panas belum hilang dari ingatan korban lumpur Lapindo. Apalagi, hingga kini proses ganti rugi korban Lapindo juga terbengkalai. Sejak beberapa bulan terakhir, angsuran ganti rugi tersendat.

Lokasi pengeboran di Desa Kalidawir, juga jaraknya tidak jauh dari desa-desa yang sudah lebih dahulu terkena dampak semburan lumpur panas Lapindo. Itu sebabnya, warga mengkhawatirkan kasus semburan Lumpur panas di Porong akan terulang di Kalidawir.

Untuk itu, Zainal mendesak agar PT Minarak Lapindo Jaya anak perusahaan Lapindo Brantas yang menangani proses jual beli dan ganti rugi untuk menyelesaikan proses pembayaran. Zainul khawatir jika eksplotasi gas bumi diteruskan akan mengancam pemukiman warga di sekitar lokasi pengeboran. "Tak ada jaminan pengeboran Lapindo tak menimbulkan bencana," ujar Zainul.

Manajer Area Lapindo Brantas Incorporated Taryono menjelaskan, pengeboran di Kalidawir untuk memenuhi kebutuhan gas nasional. Di antaranya memasok sejumlah wilayah di Sidoarjo dan Surabaya.

Lapindo, katanya, mengebor sedalam 1.100 meter di bawah permukaan tanah. Lapindo memiliki sebanyak empat sumur yang menghasilkan 5 juta kaki kubik per hari. "Target kami bisa dihasilkan 10 juta kaki kubik per hari," katanya.

Taryono menyatakan sumur di Kalidawir tidak ada hubungannya dengan sumur di pusat semburan lumpur Lapindo di Porong.

Selain itu, kata Taryono, menurut tim geologi, sumur gas bumi di Kalidawir aman dan tak berpotensi mengeluarkan semburan. Terbukti, katanya, selama beroperasi sumur Kalidawir tak bermasalah. EKO WIDIANTO.
http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2011/03/09/brk,20110309-318836,id.html

Dengar icaaaallll..!!!!!!


NEWS 

Ratusan Warga Berharap Rumah Mereka Dialiri Gas

Amir Tejo - Okezone
Kamis, 17 Maret 2011 21:01 wib
 1  00
Spanduk protes warga Desa Kalidawir, Porong, Sidoarjo, Jatim. 
(Foto: okezone)
Spanduk protes warga Desa Kalidawir, Porong, Sidoarjo, Jatim. (Foto: okezone)
SIDOARJO - Meski dalam perut bumi di bawah Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo kaya akan gas, namun kenyataannya warga desa ini belum menikmati gas yang terkandung dalam wilayahnya.

Padahal, semua pasokan gas untuk program city gas milik Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diambil dari kandungan gas di Desa Kalidawir.

“Warga menginginkan program city gas masuk dalam Desa Kalidawir. Karena itu adalah kekayaan alam yang terkandung di Desa Kalidawir,” ujar Mochammad Anas, Kepala Desa Kalidawir, Kamis (17/3/2011).

Menurut Anas, warga desa tertarik untuk menikmati program city gas karena dianggap lebih murah dan aman.

Jika biasanya memakai elpiji bisa menghabiskan dua tabung ukuran 3 kilogram dalam sebulan atau seharga Rp52 ribu, maka dengan menggunakan city gas hanya membayar sekira Rp26 ribu per bulan. Selain itu penggunaan city gas juga dinilai lebih aman dibanding dengan elpiji.

Atas kehendak warga, Anas mencoba memperjuangkan agar wilayah Kalidawir bisa masuk dalam program city gas. Anas menuturkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memberi jatah city gas di desanya hanya untuk sekira 200 rumah.

“Jumlah ini kami tolak. Bagaimana kita membagikannya kalau hanya 200 rumah,” ucap Anas.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menambah jatah program city gas menjadi 700 sambungan, namun jumlah ini masih kurang dan ditolak kembali warga.

“Kami menginginkan sekira 900an sambungan gas. Karena jumlah rumah penduduk desa segitu,” sambung Anas.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pun akhirnya menyetujui permintaan warga tersebut. Namun. meski sudah disetujui, ternyata hingga kini pemasangan jaringan city gas di rumah-rumah penduduk di desa Kalidawir belum dilakukan.

“Dirjen Migas menjanjikan pemasangan jaringan akan dilakukan sekira Juni atau Juli. Kita lihat saja nanti. Apakah janji itu ditepati?” ucap Anas.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sidoarjo, Maksum, membenarkan jika pemerintah sudah mengabulkan permintaan warga.

Menurut Maksum, selain Desa Kalidawir, ada lima desa lainnya yang terlewati pipa gas untuk program city gas.

“Per desa hanya mendapatkan jatah 200 sambungan. Namun khusus untuk Kalidawir bisa 900an sambungan karena warga ngotot minta jatah segitu, disesuaikan dengan jumlah rumah warga,” jelas Maksum.

Seperti diketahui Desa Kalidawir merupakan desa pemasok gas untuk program city gas. Di desa ini ada dua sumur yang dikelola oleh Lapindo Brantas. Dua sumur itu adalah TA 3 dan TA 5 yang per harinya dapat menghasilkan 5 MMBTU. Jumlah ini akan digenjot lagi menjadi dua kali lipat sehingga bisa mencapai 10 MMBTU.

Caranya dengan Lapindo ingin memperdalam lagi kedalaman sumurnya menjadi pendalaman sumur sedalam 1.100 meter.

Namun langkah ini terganjal karena warga Desa Kalidawir menolak rencana Lapindo tersebut.

“Saya khawatir jika warga benar-benar menolak, maka investasi pemerintah sebesar Rp100 miliar bakal gagal,” ujar Diaz Raichan, Juru Bicara Lapindo Brantas.

Kata Diaz, saat ini sumur gas milik Lapindo dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan sekira 2.900 sambungan rumah di Kelurahan Kalirungkut dan Rungkut Kidul. Sedangkan pengelolaan jaringan distribusi dikerjakan oleh PT Petrogas Jatim Utama perusahaan umum daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

(ton)
http://news.okezone.com/read/2011/03/17/340/436002/ratusan-warga-berharap-rumah-mereka-dialiri-gas 

Bakrie (ical) memang sdh tidak memiliki rasa kemanusiaan sedikitpun..>!!!!!

Lapindo Genjot Produksi Gas di Sidoarjo

Sebuah papan peringatan terpasang dekat pusat semburan lumpur dititik 35 desa Siring, Porong, Sidoarjo, Jumat (28/5). Memasuki tahun ke 4 lumpur Lapindo masih menyisakan persoalan, diantaranya tentang ganti rugi korban dan belum berhentinya semburan lumpur. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO Interaktif, Sidoarjo -Lapindo Brantas Incorporated menggenjot produksi gas alam terkompresi (CNG) di sumur Kalidawir Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo meski aksi penolakan dari warga dan Bupati Sidoarjo terus berlanjut.

Produksi gas dari lima sumur Kalidawir ditingkatkan dari semula lima juta kaki kubik per hari menjadi 10 juta kubik per hari. "Sumur diperdalam menjadi 1.100 meter," kata Area Manager Lapindo Taryono, Senin (14/3).

Lapindo tengah berusaha memenuhi target pemasangan 21 ribu sambungan rumah tangga. Kini telah terpasang sekitar 2.900 sambungan rumah tangga di Kelurahan Kalirungkut dan Rungkut Kidul Surabaya, program Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan pengelolaan jaringan distribusi dikerjakan oleh PT Petrogas Jatim Utama perusahaan umum daerah milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Sedangkan di Desa Kalidawir dan Wunut Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, terpasang 900 sambungan rumah tangga. Ia berharap agar masyarakat dan Pemerintah Sidoarjo menyetujui pendalaman sumur tersebut. Lapindo juga tengah memasang jaringan pipa gas tersebut. "Turut menambah pendapatan daerah dan menyerap tenaga kerja lokal," ujarnya.

Di Sidoarjo, Lapindo memiliki sebanyak 25 sumur CNG, 20 sumur berada di Desa Wunut, Kecamatan Porong dan lima sumur berada di Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin.

Sumur di Kalidawir, kata Taryono, tak ada hubungannya dengan sumur di pusat semburan lumpur Lapindo. Menurut tim geologi, sumur gas bumi di Kalidawir aman dan tak berpotensi mengeluarkan lumpur. Terbukti, lanjut dia, selama beroperasi sumur Kalidawir tak bermasalah.

Mayoritas anggota Komisi Hukum dan Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sidoarjo juga menolak pengeboran CNG Lapindo ini. Lantaran, selama lima tahun Lapindo beroperasi tak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. "Lapindo tak memberikan kontribusi, alasan untuk investasi lagi," ujar anggota Komisi Hukum Iswahyudi.

Warga Desa Kalidawir Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo menolak pengeboran. Warga yang berada di sekitar lokasi pengeboran Lapindo ini mengaku trauma dengan semburan lumpur di Porong yang menyebabkan ribuan jiwa terusir dari kampung halamannya.

Selain itu, mereka mengaku tak mendapat keuntungan atas eksploitasi gas alam tersebut. "Warga tak setuju pengeboran, khawatir bencana lumpur juga terjadi di sini," kata warga setempat Kusnadi. Bahkan, mereka mengaku dirugikan lantaran jalan kampung selebar 2,5 meter rusak dilintasi truk tangki pengangkut gas bumi. Eksploitasi ladang gas bumi di Kalidawir aktif berproduksi sejak enam tahun lalu.

EKO WIDIANTO
http://www.tempointeraktif.com/hg/surabaya/2011/03/14/brk,20110314-319924,id.html

Jika rakyat marah...!!!

Lapindo Brantas Inc. berancana melakukan pengeboran lagi!!

REP | 26 February 2011 | 18:26 306 4 1 dari 1 Kompasianer menilai aktual
1298719535602965405
Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi. sudah di ketahui oleh pra pembaca semua adalah penyebab musibah bencana lumpur di sidoarjo yang samapi saatg ini masih belum terseleseikan.  kebetulan saya dapat berita mengenai hal tersebut disini ….  sebagai salah seorang putra daerah dari jawa timur saya melihat dan membaca berita tersebut secara seksama, tetapi samapi saat ini rasanaya kurang ada media yang memblowup mengenai hal tersebut. sangat susah sekali menemukan berita ini di media informasi, jangan tanya kenapa tentunya karena saya juga masih mikir apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini.
Saham Lapindo Brantas dimiliki 100% oleh PT. Energi Mega Persada melalui anak perusahaannya yaitu PT Kalila Energy Ltd (84,24 persen) dan Pan Asia Enterprise (15,76 persen). Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok Brantas, Jawa Timur, Indonesia. Selain Lapindo, participating interest Blok Brantas juga dimiliki oleh PT Medco E&P Brantas (anak perusahaan dari MedcoEnergi) sebesar 32 persen dan Santos sebesar 18 persen. Dikarenakan memiliki nilai saham terbesar, maka Lapindo Brantas bertindak sebagai operator.
PT. Energi Mega Persada sebagai pemilik saham mayoritas Lapindo Brantas merupakan anak perusahaan Grup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% saham, sisanya dimiliki komisaris EMP, Rennier A.R. Latief, dengan 3,11%, Julianto Benhayudi 2,18%, dan publik 31,18%. Chief Executive Officer (CEO) Lapindo Brantas Inc. adalah Nirwan Bakrie yang merupakan adik kandung dari pengusaha dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Aburizal Bakrie.
seperti yang saya berita dalam berita terbut Warga Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, yang kampungnya bakal dijadikan lokasi baru pengeboran gas oleh LBI (Lapindo Brantas Inc) masih adem ayem. Ternyata mereka belum mengetahui rencana perluasan eksplorasi gas yang dilakukan BP Migas dan LBI. “Saya tidak tahu ada rencana itu,” kata Antok, pemuda setempat, kemarin (18/2).
Kendati belum mengetahui rencana itu, dirinya sebenarnya khawatir jika ada aktivitas pengeboran. Hal itu tak lepas dari adanya semburan lumpur di dekat sumur Banjarpanji I Desa Renokenongo, Kecamatan Porong. Meski sudah memasuki lima tahun, sampai sekarang masih terjadi semburan lumpur disertai bau gas menyengat. “Jangan-jangan nanti malah muncul semburan seperti di Porong,” sambungnya.
Di Kalidawir sejatinya sudah ada aktivitas pengolahan minyak dan gas bumi, bahkan sejak lima tahun lalu. Pengoperasiannya dilakukan BP Migas dan LBI berupa kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi. Kendati begitu, jika BP Migas dan LBI hendak menambah titik pengeboran di Kalidawir, Antok berharap minta persetujuan warga dulu.
Ketua DPRD - H.M. Dawud Budi Sutrisno, SH.,M.Hum Penegasan itu juga disampaikan Bupati H. Saiful Ilah,SH.,M.Hum saat menerima lima perwakilan BP Migas dan LBI yang mengutarakan niat menambah titik pengeboran di wilayah tersebut. Ketua DPRD Sidoarjo H.M. Dawud Budi Sutrisno,SH.,M.Hum meminta agar Pemkab Sidoarjo tidak gegabah memberikan izin yang berhubungan dengan aktivitas pengeboran.
Meski, penentuan titik pengeboran dan pemberian izin pengeboran menjadi kewenangan BP Migas dan pemerintah pusat. Namun hal itu tidak boleh dilakukan dengan serta merta, terlebih dampak semburan lumpur di Porong sampai saat ini masih menyisakan trauma bagi para korban.
“Kita minta dampak semburan di Porong diselesaikan dulu kalau mau nambah titik pengeboran di wilayah Sidoarjo. Kalau dipaksakan nanti masyarakat bisa marah,” ujar Dawud. Secara pribadi
dirinya heran atas pengajuan penambahan titik pengeboran yang kabarnya tidak hanya di Kalidawir itu, tapi juga di Desa Kebonagung, Kecamatan Porong.
Sebab, selama ini saat muncul persoalan pembayaran ganti rugi yang pembayarannya macet, pihak Lapindo selalu beralasan tidak punya dana.“Lha ini kok malah mengajukan tambahan pengeboran. Berarti khan punya dana?” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi B Sungkono juga meminta agar pemkab tidak gegabah memberikan izin pengeboran gas. Sebab, berkaca pada pengalaman, aktivitas pengeboran yang dilakukan LBI sejauh ini masih menimbulkan banyak masalah.
“Kehadiran Lapindo lebih banyak mudaratnya bagi masyarakat Sidoarjo. Kerusakan lingkungan dan sosial sangat parah, makanya pemkab jangan sembarangan memberikan izin titik pengeboran baru,” ujar Sungkono.
Pihaknya justru mendesak pemkab menolak pendekatan yang dilakukan Lapindo dan BP Migas. Sungkono khawatir ada kekuatan politik yang nantinya ikut menekan bupati. Sebab, seperti diketahui, di belakang LBI juga ada kekuatan politik selain kekuatan finansial. Selain itu, kontribusi aktivitas pengeboran gas di Sidoarjo selama ini juga tak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh pemerintah daerah. apa ini semua mungkin sudah ada kesepaktan dengan pemerintah pusat sehingga terkait pemda tidak terlalu di petingkan dalam hal ini.
ya tuhan tolong berikan perlindungan bagi kaum pinggiran, yang merasa selalu di anak tirikan. 
http://regional.kompasiana.com/2011/02/26/lapindo-brantas-inc-berancana-melakukan-pengeboran-lagi/

Warga Kalidawir Unjuk Rasa Tolak Pengeboran Lapindo

11.15 WIB Sidoarjo, Jatim
Warga Kalidawir Unjuk Rasa Tolak Pengeboran Lapindo
Sabtu, 12 Maret 2011 00:00 WIB     
Komentar: 0
Warga Kalidawir Unjuk Rasa Tolak Pengeboran Lapindo
MI/Heri Susetyo/sa
RATUSAN warga berunjuk rasa sekitar lokasi Masjid Al-Abror, Desa Kalidawir, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kemarin.

Mereka menolak kelanjutan eksploitasi gas alam terkompresi (CNG) oleh Lapindo Brantas Incorporated di wilayah itu, meski pihak perusahaan berkeyakinan bahwa pengeboran aman.

Selain trauma akan dampak lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan 12 desa di Kecamatan Tanggulangin, Jabon, dan Porong, warga menilai perusahaan tersebut kurang peduli.

"Kami sudah tidak percaya lagi dengan Lapindo karena berdasarkan pengalaman sebelumnya tidak ada penyelesaian yang jelas terhadap korban lumpur," ujar Achmad Saiku, salah seorang perwakilan warga.

Permintaan warga agar perusahaan menyumbang untuk pembangunan Masjid Al-Abror juga tidak kunjung dipenuhi. "Masjid ini dibangun atas swadaya masyarakat. Tidak ada bantuan satu sen pun dari Lapindo," kata M Saiku, takmir masjid Al-Abror, seraya menambahkan bahwa perusahaan tersebut sesungguhnya telah meraup banyak keuntungan dari pengeboran gas alam di Desa Kalidawir.

Di Kalidawir, Lapindo kini memiliki lima sumur pengeboran yang akan diperdalam. Dari semula 3.600 kaki menjadi lebih dari 7.000 kaki.

Untuk memperdalam pengeboran, Lapindo mengajukan izin terlebih dahulu ke Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Sebelumnya, Bupati Sidoarjo Saiful Ilah menyatakan akan menyerahkan keputusan izin pendalaman sumur kepada masyarakat.

"Saya selaku kepala daerah akan menuruti keputusan dari warga masyarakat terkait dengan rencana pendalaman pengeboran ini. Terutama soal pemberian izin," kata dia. Adapun warga Desa Kalidawir berkeras tidak akan memberikan izin. Dalam aksi itu, mereka membentangkan poster yang isinya menolak pendalaman pengeboran oleh Lapindo.

Sementara itu, menurut pihak perusahaan, pendalaman sumur merupakan hal yang vital bagi pemenuhan kebutuhan gas warga Sidoarjo dan Surabaya. Apabila sumur tidak diperdalam, perusahaan tersebut tidak bisa mencukupi kebutuhan gas yang sudah diprogramkan pemerintah. (Ant/H