5 Tahun Lumpur Lapindo
SBY Sudah Dikalahkan Pengusaha
Amir Tejo - Okezone
Minggu, 29 Mei 2011 15:43 wib
Email

Aksi warga peringati 5 tahun bencana lumpur Lapindo. (Foto: Amir Tejo/okezone)
SIDOARJO - Pemerintah dinilai kalah kuat dengan pengusaha. Terbukti setelah lima tahun semburan lumpur, pemerintah tidak mampu menekan pengusaha untuk segera melunasi ganti rugi warga. Akibatnya yang menderita adalah korban luapan lumpur Lapindo.
Tokoh masyarakat Sidoarjo dan juga pengasuh Pondok Pesantren Attahdzib di Kedungbendo, KH Abdul Fatah, menganggap jika kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono amburadul.
"Terbukti sampai dengan lima tahun, semburan belum selesai. Ini sudah keterlaluan sekali," kata Fatah, Minggu (29/5/2011).
Fatah pantas geram dengan kinerja pemerintah yang dianggap lamban. Pasalnya dirinya termasuk orang yang menderita akibat semburan lumpur Lapindo.
Sebelum tenggelam Fatah mempunyai pondok pesantren di Desa Kedungbendo. Jumlah santrinya pun lumayan banyak ada sekitar 300an santri. Para santri ini datangnya tidak hanya dari Sidoarjo saja, namun juga dari luar pulau Jawa seperti dari Makasar dan Nusa Tenggara Barat.
"Para santri-santri saya itu, makan dengan saya. Mereka tidak mengandalkan kiriman dari orangtua di kampung," ujar Fatah membanggakan masa lalunya.
Namun kini setelah semua itu tinggal kenangan. Fatah sudah tidak memiliki lagi pondok pesantren yang dia banggakan. Pondok Pesantren kebanggannya itu sudah tenggelam lima tahun yang lalu.
Untuk membuat membangun pondok pesantren yang baru, Fatah mengaku belum mempunyai cukup dana. Kata Fatah, hingga kini dia baru menerima Rp400 juta dari sekitar Rp1,5 miliar yang harus dibayarkan Minarak Lapindo Brantas.
(hri)
http://news.okezone.com/read/2011/05/29/340/462217/sby-sudah-dikalahkan-pengusaha
Tokoh masyarakat Sidoarjo dan juga pengasuh Pondok Pesantren Attahdzib di Kedungbendo, KH Abdul Fatah, menganggap jika kinerja pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono amburadul.
"Terbukti sampai dengan lima tahun, semburan belum selesai. Ini sudah keterlaluan sekali," kata Fatah, Minggu (29/5/2011).
Fatah pantas geram dengan kinerja pemerintah yang dianggap lamban. Pasalnya dirinya termasuk orang yang menderita akibat semburan lumpur Lapindo.
Sebelum tenggelam Fatah mempunyai pondok pesantren di Desa Kedungbendo. Jumlah santrinya pun lumayan banyak ada sekitar 300an santri. Para santri ini datangnya tidak hanya dari Sidoarjo saja, namun juga dari luar pulau Jawa seperti dari Makasar dan Nusa Tenggara Barat.
"Para santri-santri saya itu, makan dengan saya. Mereka tidak mengandalkan kiriman dari orangtua di kampung," ujar Fatah membanggakan masa lalunya.
Namun kini setelah semua itu tinggal kenangan. Fatah sudah tidak memiliki lagi pondok pesantren yang dia banggakan. Pondok Pesantren kebanggannya itu sudah tenggelam lima tahun yang lalu.
Untuk membuat membangun pondok pesantren yang baru, Fatah mengaku belum mempunyai cukup dana. Kata Fatah, hingga kini dia baru menerima Rp400 juta dari sekitar Rp1,5 miliar yang harus dibayarkan Minarak Lapindo Brantas.
(hri)
http://news.okezone.com/read/2011/05/29/340/462217/sby-sudah-dikalahkan-pengusaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar